Sabtu, 18 Oktober 2008
CINTA dan benci
18/10/2008. 17.35pm
Sebatas Hormat
Ku tahu beban berat terukir dari tiap katamu
dan lelah ragamu…dari hembusan nafasmu
dan peluh keringatmu…
hhh…andaikan ku dapat meringankannya…
dan air matamu yang berlinang…
andaikan ku dapat menghapuskannya
tapi apa daya…
ku hanya manusia dengan segala keterbatasan
yang tak halal memandangmu
kadang mata ini mencuri-curi
mencari keberadaan sosok itu
begitu menatapnya…kutersipu malu
aku malu pada malaikat yang tak lelah mengawasiku
ku semakin menunduk, takut pada Yang Maha Pencemburu
Memori suka duka dan lara itu
akan terukir dalam..pada jiwaku
dan akan menjadi pelajaran yang berharga
yang terekam mjd kenangan terindah
antara aku dan engkau
seperti matahari dan bumi
matahari selalu menyinari bumi
dan bumi akan selalu menghormati matahari
meski sinarnya kadang terasa terik dan panas
bumi mencintai matahari
dan matahari pun mencintai bumi
tapi mereka biasa…tak pernah ada rasa ingin bersatu
karena cinta mereka sebatas ketaatan pada Ilahi
dan sebatas rasa hormat
"untuk orang yang kuhormati
maafkan bila aku hanya dapat meringankan
beban jiwa dan lelah ragamu
melalui untaian doa
di setiap tengadah tannganku"
Definisi CINTA
yang mampu
mengubah duri jadi mawar
mengubah cuka jadi anggur
mengubah
mengubah sedih jadi riang
mengubah setan jadi nabi
mengubah iblis jadi malaikat
mengubah sakit jadi sehat
mengubah kikir jadi dermawan
mengubah kandang jadi taman
mengubah penjara jadi istana
mengubah amarah jadi ramah
mengubah musibah jadi muhibah
itulah cinta
sekalipun cinta telah kuuraikan dan kujelaskan panjang lebar
namun jika cinta kudatangi aku jadi malu pada keteranganku sendiri
meskipun lidahku telah mampu menguraikan dengan terang
namun tanpa lidah, cinta ternyata lebih terang
sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya
kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta
dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya
bagaikan keledai terbaring dalam lumpur
cinta sendirilah yang menerangkan cinta dan percintaan
Untuk Ibu Ku :
Ibuku….Kau mencintaiku
seperti bumi mencintai titah Tuhannya
tak pernah lelah menanggung beban derita
tak pernah lelah menghisap luka
kau mencintaiku
seperti matahari mencintai titah Tuhannya
tak pernah lelah membagi cerah cahaya
tak pernah lelah menghangatkan jiwa
kau mencintaiku
seperti air mencintai titah Tuhannya
tak pernah lelah membersihkan lara
tak pernah lelah menyejukkan dahaga
kau mencintaiku
seperti bunga mencintai titah Tuhannya
tak pernah lelah menebar mekar aroma bahagia
tak pernah lelah meneduhkan gelisah nyala
“diambil dari novel ketika cinta bertasbih”