Kamis, 26 Juli 2012

Di Tepi Batas Ketangguhan...

Heidy merapikan kerudungnya, hatinya berdebar menahan rasa untuk bertemu dan berduaan dengan seorang ikhwan yg ia sayangi, walaupun sang ikhwan bukanlah muhrimnya, bahkan ia adalah suami orang lain. ia selalu rindu tuk mendengar suara dan nashihat sang ikhwan yang terasa selalu menghangatkan jiwanya, menutup kosong relung hati yang belum terisi, dan untuk itu Heidy berani untuk membohongi hati dan ruhiyahnya yg bening, ia tau adalah berdosa berduaan dengan non muhrim, tp nafsunya berkata lain, atas dasar cinta, kembali ia nodai statusnya selaku murobbiyah bagi banyak akhwat lain... bahkan ia karang dalil-dalil baru pembenaran dari tingkahnya, hingga tanpa sadar ia berhasil merusak cara berfikir tunas-tunas muda untuk mengikuti jalannya...

Heidy... ia kini tak menyadari bahwa ia kini telah jatuh dan menyerah tak sanggup bertahan di tepi batas ketangguhannya...

Aditya mebuka account FBnya sambil sumringah, sebagai seorang aktivis dakwah yg superaktif, tentu banyak para ikhwan dan tntu para akhwat yg mengaguminya, belum lg dengan kemampuan orasinya yg menggetarkan jiwa..., dan benar dugaanya, account facebooknya penuh dengan comment, pesan dinding dan hadiah... Aditya. sebongkah kebaggan membuncah di relung dadanya yg berbunga-bunga... yes i am eksist!!! Aditya semakin merasa di awang-awang membaca inbox dari akhwat-akhwat Favoritnya... Hmmmm Aditya sadar ia kini terperosok dalam jurang ujub dan riya, cinta popularitas serata penyakit tebar pesona, tp racun itu kini terlalu kuat dihatinya... tangan pelan menggeser mouse PC-nya... hmm mana orangnya yaa, Aditya mengklik... ia menulis pesan singkat... "ustadz, tolong ana ustadz, ana ingin ketemu, ana sakit..." matanya berkaca-kaca, ia tau ini harus berakhir, dan semoga ustad tercintanya bisa membantunya, tanganya menggerakkan mousenya lagi kali perintah shutdown yg ia pilih... bismillah, ajarkan aku keikhlasan ya Allah...

Aditya kini bergelombang samudra jiwanya, karena ada pertarungan hebat disana , disamudra hatinya... pertarungan di tepi batas ketangguhannya...

Ryan tersenyum, sebentar lg Tv barunya yg 50 inc akan segera tiba, hatinya berbunga tentu tv itu akan membuat anak-anaknya bangga dan girang, ryan terlupa bahwa tv itu akan membuat anak2nya makin tenggelam dengan playstation dan serial narutonya, ryan seorang ustad yang cukup sukses di usia mudanya ia sudah punya rumah bergaya minimalis ber AC, mobil bermerk terkenal, ia dan teman-temannya memang jago dalam soal bisnis, tapi ryan lalai akan suatu hal, kesuksesannya kadang membuat ia tidak lagi sensitif pada sunah Rosul, beberapa lalu sj ia berkumpul dengan teman-teman dakwahnya di sta*b*ck cafe, tempat ngopi mewah, kemarin ia mengajak anak-anaknya juga kebioskop mewah untuk nonton 2012, kesuksesan melupakan Ryan dengan ucapannya sa'at dulu mengisi sebuah acara pengajian dipuncak, bahwa da'i harus bs menteladani ke-zuhud-an Rosul, "zuhud kan bukan berarti mengharamkan yg halal, lagi pula kan tidak ada salahnya, selama kita mencari harta dengan halal dan kita bayar zakat, yg lain aja mungkin ngiri" dalihnya untuk membenarkan gaya hidunya yang sudah berubah. tp sekali Ryan lupa dulu keras sekali ia ingatkan adik-adik kelasnya utuk mencontoh kezuhudan Umar bin khotob, Umar bin Abdul Azis, dan pejuang2 hammas di palestina... tp kini ia lupa dengan kata-katanya, ac rumah dan ac mobilnya membuat ia tak mampu lg untuk menjadi tauladan ummat seperti abu dzar al ghifari, dulu ia berkata kita harus kaya untuk dakwah, tp kini ia sudah kaya toh sumbangsih kekayaannya biasa-biasa saja.

Ryan ... ia kini asyik dalam kesuksesannya... ia menyerah, tergelincir dari tepi batas ketangguhannya....

Raka memacu motornya dengan segera, ia harus segera sampai ke Universitas K, karena ia harus mengisi training beberapa saat lagi, ia memang rutin memberi training di kampus itu, cuma kadang Raka kecewa pada mereka... pada aktivis dakwah disana, dikampus itu, hatinya kadang kecut tiap kali menerima uang transport dari trainingnya, hanya 3 lembar 50 ribuan, ya sebetulnya Raka tidak terlalu perduli pada nominalnya, toh di san-lat, pengajian-pengajian anak rohis dan dikomunitas anak jalanan ia rutin mengisi walaupun tanpa bayaran, hanya segelas minuman mineral dan kue yg agak keras untuknya, dan itu selalu berhasil memuaskan semangatnya. tp kampus ini beda, ini kampus orang kaya, aktivis dakwahnya pun orang-orang berada, untuk menyewa villa pesantren kilat pun, uang 25juta kecil buat mereka, apalagi cuma buat futsal dua kali seminggu tentu entenglah... padahal ditempat lain sebagai training yg memang jempolan, Raka biasa menerima sepuluh kali lipat dari honor dikampus itu.batin Raka bergemuruh ini bukan soal uang, ini soal perasaan, disitu ia merasa tidak dihargai sama sekali. ia sebetulnya sudah malas untuk mengisi training disana buat apa, mending istirahat dirumah... tp Raka selalu teringat pesan guru ngajinya, untuk selalu meluruskan niat, meluruskan hati, karena diakhirat hati itu akan ber"nyanyi" tentang apa yg bergemuruh disana selama ini... maka seperti saat ini ia harus memacu kuda besinya kekampus itu, agar hatinya mapu bertahan dibats ketangguhannya... "bismiLLah ya Allah buang dunia dari hatiku..." desisnya... namun Raka terkesiap, sejenak dialog dihatinya td membuat ia lalai akan sebuah kopaja dari arah berlawanan yg tiba-tiba menyalip......

pandangan Raka kosong.... Allah memanggilnya... ditepi batas ketangguhannya.

kawan,
dimana batas ketangguhanmu...? masih sanggupkah kau bertahan disana...? diantara pesona dunia yang menyilaukan mata, merajuk sendu merayu jiwa...
aku menanti mu dibatas ketangguhanku bertahanlah untuk terus kuat bertahan tanpa ada lagi rasa ragu.

"Diantara orang-orang Mu'min itu ada orang-orang yang menepati janji-janji-
nya kepada ALlah; maka di antara mereka ada yang gugur; dan diantara mereka
ada yang menunggu. Dan mereka tidak merubah janjinya sedikitpun."
(QS Al Ahzab 23)

kawan..., ingatkah kita pada sabda Rosulullah pada sang abu tholib pamannya...

“Wahai paman! Demi Allah! Seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan urusan ini, niscaya aku takkan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya, atau aku binasa.”

Rasulullah SAW menangis meneteskan air mata, kemudian bangkit berdiri.
Ketika berpaling hendak pergi, Abu Thalib memanggil beliau,
“Menghadaplah kepadaku wahai anak saudaraku!”
Maka Rasululllah SAW menghadap kepadanya.
Abu Thalib berkata,
“Pergilah wahai anak saudaraku! Katakan apa yang engkau sukai. Demi Allah! Aku tidak akan menyerahkanmu selamanya.”

Ibnu Abidunia menyampaikan kisah dari Abdullah Bin Salaam,

"Aku pergi ke rumah Utsman ketika dia sedang dikepung dirumahnya dan aku bertemu dengan dia,
lalu Utsman berkata,
"Selamat datang saudaraku, aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW di suatu lorong yang sempit dan
Beliau berkata :"Ya Utsman mereka mengepung kamu?" aku menjawab, "Ya"
Nabi bertanya lagi, "Dan mereka membuat kamu haus?" Aku menjawab, "Ya"
Kemudian Nabi memberiku bejana berisi air dan aku minum sampai puas dan aku rasakan dinginnya air pada dada dan pundakku,
lalu Beliau berkata, "Kalau kamu menghendaki, kamu dimenangkan dan kalau kamu menghendaki kamu bisa berbuka puasa di tempat kami."
Ketika itu Utsman dalam keadaan puasa .
Utsman berkata,
"Aku memilih berbuka puasa di tempat Nabi SAW."

Tepat pada sore hari itu Utsman ra dibunuh. ia pergi tuk berbuka puasa dengan kekasih hatinya. yg lebih ia cintai dari kemengan dunia...

to be continued... may be...

by Ust. Ismeidas